Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Hati Yesus Yang Maha Kudus. Bagaimana dan kenapa dirayakan oleh umat Katolik seluruh dunia? Semoga renungan ini membantu.
🙏
Tahun 1675, saat bara bumi mencabik Eropa dgn perang, ambisi & kuasa. terdapat kisah cinta surgawi menjalar lembut ke jantung kemanusiaan—dalam rupa Hati Kudus Yesus, bernyala oleh kasih ilahi.
Perang bak awan gelap bergulung di Perancis bertahtakan ambisi, menabuh genderang perang lawan Belanda, menggores luka mendalam bagi kemanusiaan.
Maastricht, Utrecht & Rhein, saksi aliansi, pengkhianatan, menjadi permainan diplomasi, menahan nafas dalam siaga tak henti.
Rakyat jelata dipaksa memberi makan perut raksasa perang. Pajak melambung, kemiskinan meruyak & keadilan jadi bayang jauh hilang ditelan derap kuda para baron & raja.
Di sela reruntuhan peradaban muncul kilatan cahaya baru —akal budi yang mulai menggeliat: Spinoza, Pascal & Leibniz hadirkan rasionalisme jadi pelita budi, menantang takhta lama dogma yg beku.
Saat dunia riuh oleh logika & mesiu, di dusun sunyi Prancis, Paray-le-Monial, terdengarlah bisikan kasih yang lembut: Yesus menampakkan Hati-Nya yg Kudus bagi biarawati sederhana bernama Margareta Maria Alacoque.
“Lihatlah Hati ini yang telah begitu mencintai manusia, sampai menghabiskan diri-Nya demi mereka. Namun balasan yang Kutrima kebanyakan hanyalah ketidakpedulian, dinginnya cinta, dan penghinaan…” – pesan Yesus kepada Santa Margareta Maria, penampakan 1675.
Yesus menampakkan Hati-Nya: terbuka, berdarah, dikelilingi duri & menyala dgn api kasih tak bersyarat. Simbol agung, bhw cinta-Nya kpd dunia bukanlah dongeng penghibur, melainkan luka yg nyata kasih Kristus demi umat-Nya.
“Pengalaman mistik bukanlah sekedar penglihatan pribadi, melainkan panggilan profetik bagi Gereja menghadirkan sengsara-Nya dlm Sakramen Mahakudus” — Paus Pius XII, Haurietis Aquas, 1956
Dalam kesetiaan yg senyap, Santa Maria Alacoque menghidupi penampakan itu dlm doa & pengurbanan.
Kehadiran Beato Claude de la Colombière SJ yg menjadi bapa rohani menuliskan pesan:
“Yesus meminta satu hal saja: agar hati manusia memberikan cinta sebagai balasan bagi cinta-Nya. Dan itu dimulai dgn penyerahan total pd kehendak-Nya.”
Gereja Katolik menetapkan Hari Raya Hati Kudus Yesus setiap Jumat setelah Hari Raya Tubuh & Darah Kristus, sebagai puncak penghormatan kepada cinta Allah yg tak terbalaskan.
Mari belajar dari sejarah: Ketika Perang Membakar Dunia, Cinta Menyembuhkan Jiwa
Dimana dunia menampilkan kekerasan, kerakusan & ketakutan, saat yg sama lahir terang yg memancarkan cahaya dari Hati Ilahi: berseru dlm keheningan jiwa-jiwa sederhana.
“Devosi kepada Hati Kudus bukanlah peninggalan masa lalu, melainkan jantung dari Injil itu sendiri.” — Pesan JP II, 6 Juni 1999.
Hati Kudus bukan sekadar lambang—ia @ wajah cinta yg terus berdetak dlm keabadian, mengundang umat manusia untuk kembali pulang, dr medan perang ke pelukan damai, dr ketakutan ke pengharapan, dr kesombongan ke pertobatan.
Pada akhirnya, sejarah bukanlah sekadar catatan perang & perjanjian, tapi juga kisah kasih yg tak kunjung usai. Tuhan tdk pernah tinggal diam Ia hadir, menyentuh, memanggil & menanti.
Mari bersimpuh di hadapan Hati Kudus-Nya yg berdetak —bukan utk menatap luka,
tetapi utk menghidupi cinta-Nya yg tiada habis-habisnya.
Salam sehat, berlimpah berkat.
- Rm Yos. Bintoro, Pr
